29 April 2010

Ahli Ibadah yang su’ul khatimah karena syahwat

Assalamualaikum wr.wb
Sahabatku rahimakumullah
Di bawah ini saya kutipkan suatu kisah sufi yang bagus yang penuh hikmah tentang bahaya setan yang datang melalui syahwat, hingga seorang alim dan ahli ibadah bisa tergelincir dan su’ul khatimah (hari akhir yang buruk) oleh karenanya. Cerita yang termashur ini pernah diceritakan oleh Kang Jalal dalam salah satu kuliah tasawufnya. Kisah penuh hikmah ini diambil dari Kitab Irsyad Al Ibad dan Dzurrat Al Nashihin. Semoga membawa manfaat ya.
Wassalamualaikum wr.wb
Imam Puji Hartono (Gus Im)
--------------------------
--------------------------
--------------------------
-

Dikisahkan dahulu di jazirah Arab ada seorang Raja yang memiliki seorang puteri yang sangat cantik. Pada saat yang sama, hiduplah seorang yang terkenal alim dan ahli ibadah (abid) atau Kyai kalau di Jawa. Sang ahli ibadah tersebut menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah, mengajar kepada murid-muridnya di Pesantren miliknya, shalat, zikir dan mensucikan dirinya dari hal-hal yanbg dilarang Agama.

Kemudian Iblis mengumpulkan bala tentara setan dalam suatu majelis. Pimpinan Iblis tersebut menanyakan siapa diantara mereka yang dapat menyesatkan sang ahli ibadah tadi, menggagalkan taqarrub-nya kepada Allah dan menggelincirkannya dari jalan Allah.

Salah satu dari setan tersebut berkata :”Kau saja yang akan menggodak, karena aku telah berhasil memisahkan sepasang suami istri”.
“Ah itu sih bukan apa-apa, tanpa kamu pisahkan juga banyak suami istri yang bercerai”.
Setelah beberapa setan mengacungkan tangannya, tampilah salah satu setan yang mengajukan konsep penggodaan yang brilyan. Pimpinan Iblis-pun langsung menyetujui rancana dan konsep-nya.

Si setan-pun pergi mendatangi sang puteri Raja di Istana. Karena sang puteri Raja hidup dalam kemewahan Istana dan cenderung lupa kepada Allah, maka setan mudah masuk ke dalam dirinya. Hati sang puteri cantik tersebut digoncangkan hingga jiwanya sakit. Sang Raja bingung kemana ia harus mengobati puteri kesayangannya yang sakit jiwa itu.

Setan itupun menemui sang Raja dengan menyamar sebagai orang tua. Ia menasehati sang Raja agar mengantarkan putrinya kepada orang alim dan ahli ibadah tersebut. Katanya sang ahli ibadah itu dapat mengobati dan menyembuhkan orang sakit dengan do’a-doanya. Karena ke-dekatan(taqarrub)-nya kepada Allah, do’a-do’anya sangat maqbul. Sang Raja-pun akhirnya mengirim putri kesayangannya kepada sang ahli ibadah yang terkenal alim tersebut.

Sang ahli ibadah menerima sang puteri Raja tersebut dan memohonkan do’a kepada Allah, dan mustajab, sang puteri sembuh. Akhirnya sang puteri di bawa pulang ke istana. Di tengah perjalanan, setan datang lagi untuk menggoncangkan hati puteri itu, hingga sakitnya kambuh lagi. Lalu setan yang menyamar sebagai orang tua berkata pada sang Raja, “Sebaiknya puteri anda tidak dibawa pulang, biarkan saja ia mesantren di pondok sang ahli ibadah itu.” Maka, sang puteri tinggal di pesantren sang ahli Ibadah dan otomatis setiap harinya ia dekat sang ahli ibadah.

Sang ahli ibadah itu sangat menjaga dirinya. Ia sangat megkuatirkan syahwatnya, terlebih karena didekatnya ada puteri raja yang sangat cantik. Ia bangunkan pondokan tersendiri untuk gadis itu. Setiap hari ia mengantarkan makanan dan minuman. IA menyimpannya di luar pintu. Setan berbisik, mengapa kamu simpan makanan itu di luar? Bagaimana kalau dimakan kucing? Mestinya kamu menyimpannya di dalam agar terpelihara.

Setelah dipikir-pikir, sang ahli ibadah itu membenarkan bisikan setan. Kini setiap kali ia mengantarkan makanan, ia mengetuk dulu pintu rumah, masuk, dan menyimpan makanan dan minumannya di situ. Lalu setan berbisik lagi, bukankah berbuat baik itu harus ditunjukkan dengan sikap yang ramah? Sekali-kali ucapkanlah salam, tanyakan kabarnya, beri ia senyuman. Bukankah memberikan senyuman itu merupakan sedekah?. Betul juga pikirnya,

Setelah sang ahli ibadah itu melakukannya, setan berbisik lagi. “Kamu ini seorang Kyai, kenapa kamu tidak enanyakan kabar kepada puteri itu?Bukankah itu bagus? Dan akan lebih bagus lagi, jika kamu duduk-duduk sebentar dengannya, mengajarinya ilmu-ilmu agama”.

“Benar juga ya” guman sang ahli ibadah. Sesudah itu setan datang lagi.
“Wahai Kyai, apakah kamu tidak pernah berpikir? Bagaimana kalau ada orang lain melihat kamu berbincang berduaan dengan seorang perempuan bukan muhrim di luar rumah? Jelek sekali jik sampai dilihat orang lain. Nah, agar aman mengobrolah di dalam kamarnya biar tidak terjadi fitnah bagi orang lain.”.

“Iya bener juga ya, kenapa aku tidak melakukannya?” pikir sang ahli ibadah

Setelah ahli ibadah itu masuk ke dalam rumah, setan-pun masuk. Karena kecantikan dan kemolekan wajahnya, hati sang ahli ibadah itu guncang juga, hingga akhirnya sang ahli ibadah itu terjerumus dalam kemaksiatan. Ia zinahi puteri raja itu sekali. Tadinya ia menyesal, namun pada saat yang sama setan menyimpangkannya dan ia mengulangi lagi hingga berulang-ulang. Akhirnya sang puteri raja itu hamil.

Karena takut ketahuan orang lain kalau ia berzinah, sang ahli ibadah itu kebingungan, kemudian si setan menakut-nakuti sang ahli ibadah.
“Kyai, kamu akan celaka sekarang, kamu telah menghamili puteri Raja. Sebaiknya sekalian kamu bunuh saja dia. Lalu kuburkanlah dia baik-baik. Katakan saja kepada Raja, bahwa puterinya meninggal karena sakit. Habis perkara.”

Atas hasutan dan rayuan manis setan, maka sang puteri itu-pun ia bunuh. Pada saat bersamaan, setan datang memberitahu Raja bahwa puterinya telah dibunuh sang ahli ibadah. Akhirnya, sang ahli ibadah itu ditangkap dan dihukum. Ia disalib di alun-alun kota dan dipermalukan.

Dalam keadaan digantung, si setan datang lagi dan berkata kepadanya, “Aku akan membantumu asal kamu mau bersujud kepadaku”.
“Bagaimana aku bersujud kepadamu sementara aku disalib?”, kata sang ahli ibadah.
Setan menjawab,” Niatkan saja dalam hatimu, bahwa sekarang kamu bersujud kepada Iblis (ini memang dendam lama Iblis, karena ia dulu disuruh bersujud kepada Ayah para manusia, yaitu Adam as. Sekarang ia menyuruh anak Adam bersujud kepadanya).

Sang ahli ibadah itu-pun menurut, “Baiklah mulai sekarang aku bersujud kepadamu”.

Tapi kemudian setan berkata,” Sekarang aku berlepas diri darimu, sebab aku takut kepada Allah Rabbul Alamiin, sementara kamu tidak takut sama sekali akan azabnya”.

Kemudian, sang ahli ibadah itu mati di tiang salib dalam keadaan musyrik, melakukan pembunuhan dan perzinahan.

smoga cerita ini bisa bermanfaat
wallahua'lam